BAGHDAD (AP) – Perdana Menteri Irak mengimbau rakyatnya untuk memberikan dukungan bagi perjuangan pemerintah melawan pemberontak, ketika pemboman di Irak tengah dan utara melukai sedikitnya enam orang dan terus bertambah pada hari Rabu.
Pemboman tersebut terjadi sehari setelah serangkaian serangan yang menargetkan jalan-jalan komersial dan menewaskan sedikitnya 31 orang dalam babak terakhir kekerasan yang meningkat selama berbulan-bulan di negara tersebut. Lebih dari 4.000 orang telah tewas di Irak sejak bulan April, termasuk 804 orang pada bulan Agustus saja, menurut angka PBB.
Meskipun operasi pemberantasan pemberontakan baru-baru ini diluncurkan oleh pemerintahan Syiah pimpinan Perdana Menteri Nouri al-Maliki, namun tingkat serangan tidak mengalami penurunan yang signifikan. Operasi tersebut, yang diberi nama “Balas Dendam bagi Para Martir” sejauh ini terutama terfokus pada daerah-daerah yang didominasi Sunni, khususnya bekas basis militan Sunni.
Dalam pidato mingguannya di televisi, al-Maliki meminta warga Irak untuk mendukung operasi tersebut.
“Operasi harus dilanjutkan dan dipercepat untuk mengusir kelompok kriminal dan teroris,” ujarnya. “Saya menyerukan kepada seluruh warga negara, politisi dan jurnalis untuk mendukung pasukan keamanan dalam upaya mereka untuk terus menekan dan mengejar para teroris.”
Serangan pada hari Rabu dimulai dengan seorang pembom bunuh diri meledakkan kendaraannya yang berisi bahan peledak di kota Tuz Khormato yang memiliki etnis campuran, menewaskan seorang warga sipil dan seorang anak berusia lima tahun, kata kepala polisi Kolonel. kata Hussein Ali Rasyid. Dua puluh enam orang terluka dalam serangan itu, tambahnya.
Kota yang terletak sekitar 200 kilometer (130 mil) utara Bagdad, berada di wilayah yang diperebutkan oleh orang-orang Arab, Kurdi, dan Turkmenistan dan sering menjadi titik rawan kekerasan.
Di Bagdad, sebuah bom mobil yang diparkir meledak di kawasan komersial di kawasan Bataween tengah, menewaskan satu orang dan melukai lima orang, kata seorang pejabat polisi. Ledakan itu disusul dengan serangan bom mobil lainnya di daerah yang sama yang menyebabkan tiga orang tewas dan 10 orang luka-luka, tambahnya.
Seorang petugas medis mengkonfirmasi angka penyebab di Bagdad. Kedua pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk memberikan informasi.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan hari Rabu itu, namun bom mobil dan bom bunuh diri merupakan ciri khas cabang lokal al-Qaeda, yang dikenal sebagai Negara Islam Irak, yang berusaha melemahkan kepercayaan terhadap pemerintahan al-Maliki.
Kekerasan di Irak meningkat pada bulan April setelah pasukan pemerintah menyerbu kamp pengunjuk rasa Sunni di kota Hawija di utara Bagdad, yang menyebabkan bentrokan mematikan di seluruh negeri. Meskipun jumlah korban tewas secara keseluruhan masih lebih rendah dibandingkan puncak konflik pada tahun 2004-2008, siklus kekerasan ini mengingatkan kita pada siklus yang membawa negara ini ke ambang perang saudara pada tahun 2006-2007.