BEIJING (AP) – Tiongkok memperingatkan terhadap campur tangan asing dalam politik Hong Kong pada Sabtu menjelang pengumuman yang diperkirakan akan merekomendasikan pembatasan yang sangat kontroversial pada pemilihan langsung pertama pemimpin pusat keuangan yang dikuasai Tiongkok tersebut.
Sebuah artikel di surat kabar utama Partai Komunis yang berkuasa, People’s Daily, mengatakan beberapa orang di bekas jajahan Inggris itu berkolusi dengan kekuatan luar untuk ikut campur dalam pemerintahan Hong Kong.
“Mereka tidak hanya merusak stabilitas dan pembangunan Hong Kong, namun juga berusaha mengubah Hong Kong menjadi jembatan untuk melemahkan dan menyusup ke daratan Tiongkok,” kata artikel itu.
“Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan,” katanya, mengutip seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS untuk urusan Hong Kong, Makau dan Taiwan yang tidak disebutkan namanya.
Artikel tersebut menyatakan bahwa sebagai wilayah administratif khusus Tiongkok, urusan Hong Kong sepenuhnya merupakan urusan internal Tiongkok. Tiongkok akan membantah dan membuat “pernyataan serius” dalam menanggapi pernyataan dan tindakan kekuatan asing dan menuntut agar mereka “berhenti mencampuri urusan Hong Kong dan urusan politik dalam negeri Tiongkok dengan cara apa pun,” katanya.
Artikel tersebut tidak mengidentifikasi individu atau kelompok mana pun, meskipun Inggris dan Amerika Serikat sama-sama menyatakan harapan mereka terhadap reformasi demokrasi yang sejati di Hong Kong.
Peringatan itu muncul ketika badan legislatif Tiongkok diperkirakan akan mengumumkan pada hari Minggu bahwa sebuah badan elit pro-Beijing akan memeriksa calon pemimpin wilayah tersebut mulai tahun 2017 – sehingga memicu pertikaian dengan kelompok pro-demokrasi yang menginginkan masyarakat bebas untuk mencalonkan diri.
Surat kabar Hong Kong melaporkan bahwa Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional di Beijing akan merekomendasikan agar para pemilih memilih maksimal tiga kandidat yang dicalonkan oleh badan pencalonan serupa, sementara masyarakat tidak mempunyai hak untuk bersuara.
Ini akan mirip dengan sistem yang ada saat ini, di mana panel beranggotakan 1.200 orang, yang sebagian besar terdiri dari elit pro-Beijing, dapat memilih pemimpin.
Aktivis demokrasi mengancam akan merespons dengan aksi duduk massal yang melumpuhkan distrik keuangan yang merupakan jantung simbolis kota tersebut. Para pemimpin mahasiswa juga mempertimbangkan untuk keluar dari perkuliahan di universitas bulan depan.
Sejak dikembalikan dari Inggris pada tahun 1997, Hong Kong masih mempunyai otonomi hukum, ekonomi dan politik yang tinggi. Namun terdapat kekhawatiran yang semakin besar di antara 7 juta penduduk wilayah tersebut bahwa Beijing ingin melibatkan diri lebih kuat dalam urusan Hong Kong, khususnya untuk memastikan bahwa kepemimpinannya tetap berada di tangan Partai Komunis.