LONDON (AP) – Alan Henning, seorang sukarelawan pekerja bantuan asal Inggris yang dikatakan telah dibunuh oleh kelompok militan ISIS, digambarkan oleh teman-temannya sebagai pria keluarga pekerja keras yang merasa terdorong untuk membantu orang-orang yang menderita dalam perang saudara di Suriah.
Henning (47) bergabung dengan konvoi bantuan dan ditangkap pada 26 Desember, tak lama setelah melintasi perbatasan antara Turki dan Suriah. Henning, seorang sopir taksi dari Inggris Barat Laut, terlibat dalam pengiriman bantuan ke Suriah melalui seorang rekannya. Teman-temannya mengatakan dia melakukan perjalanan ke perbatasan Turki-Suriah beberapa kali dalam dua tahun sebelum penangkapannya, meninggalkan seorang istri dan dua anak remaja untuk membantu orang-orang yang hidupnya terkoyak oleh perang.
“Dia hanyalah seorang sopir taksi berhati emas yang pada dasarnya ingin membantu orang,” kata seorang temannya, Martin Shedwick.
Henning, yang dijuluki “Gadget”, diyakini bergabung dalam konvoi yang diselenggarakan oleh lembaga amal Islam, Al-Fatiha Global, yang berbasis di Worcester, Inggris.
“Saya bertanya mengapa dia ingin melakukan itu, karena itu berbahaya dan dia punya keluarga di sini. Dan dia hanya mengatakan ‘inilah yang saya suka lakukan,'” kata temannya Orlando Napolitano, mengingat percakapan di kafenya sebelum Henning berangkat pada bulan Desember.
“Itu adalah hasratnya. Dia telah berada di sana dua kali sebelumnya dan akan bercerita kepada saya tentang semua orang di sana yang tidak punya apa-apa, tentang semua kesulitan yang mereka hadapi. Itu adalah hasratnya untuk membantu mereka, dia tidak peduli jika itu berbahaya,” kata Napolitano kepada Manchester Evening News.
Henning, istrinya Barbara dan dua anak remajanya tinggal di Eccles, dekat Manchester di barat laut Inggris.
Tetangganya Debbie Ashton menggambarkannya sebagai “pria baik”.
“Dia selalu bertanya kepada kami apakah kami mengenal seseorang yang membuang pakaiannya,” kata dia seperti dikutip surat kabar Daily Telegraph.
“Dia mengatakan kepada saya bahwa mereka akan pergi ke perbatasan dan mereka harus mengeluarkan semua barang dari van dan pergi ke ambulans, jika tidak mereka tidak akan mengizinkannya masuk.
“Dia sangat emosional dengan semua ini dan dia selalu mengatakan bahwa anak-anak itu membutuhkan semua bantuan yang mereka bisa dapatkan,” katanya. “Dia mengatakan kepada saya ‘Anda tidak akan percaya dengan kehidupan yang mereka jalani di sana.'”
Harald Doombos, seorang reporter Belanda yang mewawancarai seorang aktivis Suriah yang sempat ditahan di lokasi yang sama dengan Henning, mengatakan pria Inggris tersebut yakin dia akan segera dibebaskan.
“Jangan khawatirkan saya, saya akan segera keluar karena saya hanya seorang pekerja bantuan. Mereka akan melepaskan saya,” kata Doombos, kontaknya di Suriah mengutip Henning.
“Dia mungkin berpikir secara naif bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa itu adalah semacam kesalahpahaman.” kata Doombos.
Pada bulan April, Komisi Amal Inggris mengumumkan telah membuka penyelidikan terhadap Al-Fatiha Global karena “kekhawatiran serius mengenai tata kelola dan manajemen keuangan badan amal tersebut.”
Investigasi ini menyelidiki, antara lain, tuduhan “hubungan yang tidak pantas antara badan amal tersebut dan individu yang diduga terlibat dalam mendukung aktivitas bersenjata atau aktivitas tidak pantas lainnya di Suriah.” Belum ada indikasi penyidikan terkait kasus Henning.
Banyak kelompok Muslim Inggris menyerukan pembebasan Henning.
Shuja Shafi, sekretaris jenderal Dewan Muslim Inggris, mengatakan Henning telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk membantu orang-orang, terutama Muslim, yang hidupnya hancur akibat perang.
“Orang seperti itu harusnya dirayakan, bukan di penjara,” katanya tentang Henning.