ISLAMABAD (AP) – Perdana Menteri Pakistan pada Kamis mengumumkan bahwa negaranya akan membentuk pengadilan khusus yang diawasi oleh perwira militer untuk mengadili kasus terorisme setelah pembantaian sekolah oleh Taliban.
Nawaz Sharif berbicara dalam pidato yang disiarkan secara nasional di televisi setelah pertemuan maraton dengan semua partai politik dan pimpinan militer negara itu untuk merumuskan kebijakan baru melawan terorisme setelah serangan mengerikan itu.
“Serangan di Peshawar mengejutkan negara ini. Kami tidak akan membiarkan darah anak-anak kami sia-sia,” kata Sharif.
Setelah serangan Taliban Pakistan pada 16 Desember, yang menewaskan 149 orang, pemerintah berupaya keras untuk menunjukkan bahwa mereka semakin keras terhadap militansi.
Tentara meningkatkan operasi di wilayah kesukuan, dan pemerintah menerapkan kembali hukuman mati. Enam orang telah dieksekusi.
Pengadilan yang dikelola militer adalah yang paling kontroversial dari 25 tindakan yang diumumkan Sharif setelah pertemuan sehari penuh di ibu kota pada Rabu pagi. Dia memberikan sedikit rincian tentang bagaimana pengadilan akan beroperasi, selain mengatakan bahwa pengadilan akan beroperasi selama dua tahun ke depan dan bahwa diperlukan perubahan terhadap undang-undang yang ada.
Setelah serangan Taliban terhadap sebuah sekolah di kota perbatasan Peshawar, pemerintah membahas berbagai pilihan untuk melawan militan, termasuk cara untuk mempermudah penahanan dan mengadili tersangka teroris.
Tersangka teroris jarang dihukum dalam sistem peradilan Pakistan yang sulit karena lemahnya penyelidikan polisi dan intimidasi terhadap saksi dan hakim. Kasus-kasus di pengadilan juga bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun dengan sedikit penyelesaian, sehingga pengadilan militer dipandang sebagai cara untuk mempercepat sistem tersebut.
Namun pengadilan yang diawasi oleh militer yang kuat di negara tersebut menimbulkan pertanyaan tentang apakah akan ada cukup pengawasan sipil atau akses media dan berapa banyak tersangka yang sebenarnya.
Kritikus berpendapat bahwa tindakan cepat seperti pengadilan militer atau penerapan kembali hukuman mati tidak banyak membantu memperbaiki proses hukum dan kepolisian dalam jangka panjang. Pengadilan baru ini juga akan sangat memperkuat peran militer di negara di mana militer telah mengambil alih kekuasaan melalui tiga kudeta dan masih menjalankan kekuasaan yang sangat besar di belakang layar.
Di antara isu-isu lain yang disebutkan Sharif dalam pidatonya adalah perlunya memotong dana untuk teroris, mencegah kelompok militan terlarang mengubah nama mereka sehingga mereka dapat beroperasi dengan bebas dan menghentikan media untuk mengagung-agungkan militan atau pernyataan mereka.