TEHRAN, Iran (AP) — Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa pada Minggu mengatakan “tidak ada jaminan” bahwa Iran dan negara-negara besar dunia akan mencapai kesepakatan akhir mengenai program nuklir negara itu.
Catherine Ashton berada di Teheran untuk bertemu dengan para pejabat Iran mengenai negosiasi yang sedang berlangsung mengenai program nuklir negara itu, serta perang saudara di Suriah dan isu-isu lainnya. Dia berbicara kepada wartawan dalam pengarahan bersama dengan Mohammad Javad Zarif, menteri luar negeri Iran.
Secara terpisah, Presiden Iran Hassan Rouhani menyerukan upaya untuk menjalin “hubungan baru” dengan negara-negara Eropa yang telah berselisih selama bertahun-tahun, termasuk Amerika Serikat, dengan Teheran mengenai sengketa program nuklir Iran.
“Selain perundingan nuklir yang sedang berlangsung yang perlu didorong, ada bidang lain yang cocok di mana Iran dan Uni Eropa dapat mempertimbangkan untuk mendorong hubungan dan kerja sama,” kata presiden dalam sambutannya yang dikutip di situs webnya. Dia mengusulkan kerja sama energi dan transportasi.
Berdasarkan perjanjian sementara pada bulan November, Iran setuju untuk mengekang aktivitas nuklir utama, pengayaan uranium, dengan imbalan pelonggaran sanksi oleh Barat.
Negosiasi untuk mencapai kesepakatan akhir terus berlanjut. Ashton memimpin kelompok enam negara – AS, Inggris, Perancis, Rusia, Tiongkok dan Jerman – dalam pembicaraan dengan Iran.
“Saya kira perjanjian sementara ini sangat penting, namun tidak sepenting perjanjian komprehensif yang saat ini kita ikuti. Sulit, menantang, tidak ada jaminan kita akan berhasil,” ujarnya.
Zarif mengatakan Iran hanya akan menerima kesepakatan yang menghormati “hak” mereka, yang mengacu pada pengayaan uranium di negaranya, sambil menegaskan kembali posisi lama Iran bahwa negaranya tidak mengembangkan senjata nuklir.
“Iran hanya akan menerima solusi yang terhormat, yang menghormati hak-hak rakyat Iran,” katanya.
“Pada saat yang sama, Iran merasa demi kepentingannya sendiri untuk memastikan tidak ada ambiguitas mengenai niat Iran, karena kami tidak punya niat untuk membuat senjata nuklir.”
Keduanya mengatakan mereka juga membahas perang melawan terorisme, perdagangan narkoba dan konflik di Afghanistan dan Suriah. Iran adalah sekutu utama Presiden Suriah Bashar Assad.
Berdasarkan perjanjian bersejarah tersebut, Iran setuju untuk menghentikan program pengayaan 20 persen namun akan terus melanjutkan pengayaan hingga 5 persen. Mereka juga akan mengkonversi setengah dari 20 persen persediaan uranium yang diperkaya menjadi oksida, dan mencairkan setengah sisanya menjadi 5 persen. Pengayaan hingga 20 persen merupakan jalan menuju senjata nuklir.
Barat mencurigai program nuklir Iran mempunyai dimensi militer. Iran membantah tuduhan tersebut dan mengatakan kegiatan nuklirnya ditujukan untuk tujuan damai seperti pembangkit listrik dan perawatan medis.