AS dan negara-negara lain menyatakan keprihatinan atas kudeta Thailand

AS dan negara-negara lain menyatakan keprihatinan atas kudeta Thailand

Kudeta militer di Thailand menuai kritik dari banyak pemimpin dunia, dengan AS mengatakan “tidak ada pembenaran” atas kudeta tersebut dan Prancis juga mengutuknya. Ringkasan tanggapan:

AMERIKA SERIKAT:

Washington, yang membekukan bantuan militer AS setelah kudeta terakhir di Thailand pada tahun 2006 selama 1½ tahun hingga demokrasi dipulihkan, mengatakan pihaknya sedang meninjau hubungan militer dan bersiap untuk menangguhkan bantuan hingga $10 juta ke Thailand. Mereka juga menyerukan pembebasan para pemimpin politik yang ditahan dan menyatakan keprihatinan mengenai pembatasan media selama kudeta.

“Tidak ada pembenaran atas kudeta militer ini,” kata Menteri Luar Negeri John Kerry. “Saya menyerukan pemulihan pemerintahan sipil segera, kembalinya demokrasi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan mendasar, seperti kebebasan pers.”

KANTOR HAK ASASI MANUSIA PBB:

Navi Pillay, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, mendesak agar supremasi hukum segera dipulihkan. “Saya sangat prihatin dengan pembatasan kebebasan mendasar yang diberlakukan oleh (para pemimpin militer),” kata Pillay, seraya menambahkan bahwa kebebasan berekspresi dan kebebasan berkumpul sangat penting untuk menyelesaikan perbedaan politik.

Pillay juga mengatakan bahwa para pemimpin politik yang ditahan harus dibebaskan dan pasukan darurat yang dipanggil oleh militer harus bersifat sementara dan terbatas. “Saya mengingatkan pihak berwenang bahwa penerapan tindakan darurat apa pun harus mematuhi standar hak asasi manusia internasional. Hak untuk hidup dan larangan penyiksaan tidak dapat dilanggar, apapun kondisinya.”

INDONESIA:

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan kudeta tersebut merupakan kemunduran bagi demokrasi yang ingin dicapai oleh Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Thailand adalah salah satu pendiri blok keamanan dan politik 10 negara.

“Situasi seperti ini tentu saja tidak sejalan dengan dukungan kolektif ASEAN terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan pemerintahan konstitusional,” kata Natalegawa kepada The Associated Press di sela-sela Forum Ekonomi Dunia tentang Asia Timur di Manila.

Britania:

Menteri Luar Negeri William Hague mengatakan dia “sangat prihatin” dengan kudeta tersebut.

“Inggris mendesak pemulihan pemerintahan sipil yang dipilih secara demokratis, melayani kepentingan rakyatnya dan memenuhi kewajiban hak asasi manusia,” katanya dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa “hanya dengan secara terbuka mengatasi berbagai masalah yang dibahas. , Thailand dapat bergerak maju dan mencapai posisi yang lebih stabil.”

PERANCIS:

Presiden Francois Hollande mengutuk kudeta tersebut. Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya, ia menyerukan agar tatanan konstitusional dan proses pemilu segera dikembalikan. Dia juga menyerukan penghormatan terhadap hak-hak dasar dan kebebasan rakyat Thailand.

SELANDIA BARU:

Menteri Luar Negeri Murray McCully menyatakan keprihatinannya atas kudeta dan penangguhan konstitusi. “Sulit untuk melihat bagaimana pemerintahan militer akan meringankan krisis politik Thailand saat ini. Penahanan para pemimpin politik tidak dapat diterima,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.

JEPANG:

Tokyo mengatakan kudeta tersebut “sangat disesalkan”.

“Jepang sangat memohon kepada mereka yang khawatir dengan pemulihan demokrasi yang cepat di Thailand,” kata Menteri Luar Negeri Fumio Kishida.

Keluaran SGP Hari Ini