KAIRO (AP) – Lebih dari 40 perempuan yang berangkat ke Gaza sebagai bagian dari delegasi Hari Perempuan Internasional melakukan aksi duduk di Bandara Internasional Kairo setelah ditolak masuk ke negara itu sejak Selasa, kata pejabat bandara di Mesir dan para aktivis pada Kamis.
Di antara peserta delegasi kelompok anti-perang Code Pink yang berbasis di AS adalah warga negara Amerika, Prancis, dan Belgia.
Ann Wright, penyelenggara delegasi AS, mengatakan pada hari Kamis bahwa beberapa aktivis telah memilih untuk pulang, sementara setidaknya tiga aktivis telah dideportasi, termasuk Mairead Maguire, peraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1976. Medea Benjamin, seorang aktivis Amerika, mengatakan polisi Mesir mematahkan bahunya ketika dia menolak naik pesawat ke Turki.
Wright mengatakan kelompok itu berencana naik bus dari Kairo ke penyeberangan Rafa dan berjalan melintasi perbatasan. Perbatasan Mesir dengan Gaza telah ditutup sejak bulan lalu ketika pihak berwenang menindak penyelundupan dan militan Islam di Semenanjung Sinai. Hubungan antara Mesir dan Gaza juga masih tegang setelah penggulingan militer presiden Islamis Mohammed Morsi pada bulan Juli.
Pada hari Selasa, pengadilan Mesir melarang semua aktivitas kelompok militan Palestina Hamas dan memerintahkan penutupan semua kantor Hamas.
Hamas, yang menguasai wilayah tetangganya, Jalur Gaza, adalah cabang kelompok Ikhwanul Muslimin pimpinan Morsi di Palestina. Pihak berwenang menuduh Hamas, bekerja sama dengan Ikhwanul Muslimin, melatih dan mempersenjatai kelompok Ansar Beit al-Maqdis yang terinspirasi al-Qaeda, yang telah melakukan serangkaian pemboman dan serangan terhadap polisi dan militer. Ikhwanul Muslimin dan Hamas keduanya membantah tuduhan tersebut.
Pejabat bandara dan kementerian luar negeri Mesir membantah para aktivis tersebut ditolak masuk karena alasan apa pun selain masalah keamanan.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Badr Abdel-Attie mengatakan kelompok itu tidak diizinkan melakukan perjalanan melalui Mesir ke Gaza karena mereka tidak memiliki izin yang sesuai.
Abdel-Attie mengatakan situasi keamanan di Semenanjung Sinai Utara terlalu tidak menentu bagi Mesir untuk memastikan lolosnya kelompok besar tersebut, karena operasi pemerintah melawan “kelompok teroris” di sana. Dia mengatakan kelompok tersebut telah menghubungi pemerintah Mesir sebelum melakukan perjalanan, dan para pejabat mengatakan kepada kelompok tersebut untuk menunda perjalanan sampai keadaan tenang.
Juru bicara Hamas Fawzi Barhoum mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan terbaru Mesir untuk mencegah para aktivis melakukan perjalanan ke Gaza adalah “sebuah langkah mundur yang besar dalam dukungan Mesir terhadap perjuangan Palestina dan perjuangan Gaza pada khususnya.”