Belanda meminta maaf atas pembunuhan kolonial di Indonesia

Belanda meminta maaf atas pembunuhan kolonial di Indonesia

JAKARTA, Indonesia (AP) – Belanda secara resmi meminta maaf pada Kamis atas pembunuhan massal yang dilakukan oleh militer Belanda di Indonesia lebih dari enam dekade lalu selama perjuangan kemerdekaan bekas jajahannya.

“Atas nama pemerintah Belanda, saya meminta maaf atas tindakan berlebihan ini. Hari ini saya juga meminta maaf kepada para janda Bulukumba, Pinrang, Polewali Mandar dan Parepare,” kata Duta Besar Belanda Tjeerd de Zwaan merujuk pada kabupaten di Sulawesi Selatan yang menjadi lokasi pasukan Belanda yang saat itu dipimpin oleh Kapten. Raymond Westerling, melakukan operasi kontra-pemberontakan dari tahun 1946 hingga 1947.

De Zwaan mengatakan pemerintahnya telah setuju untuk memberikan kompensasi kepada para janda korban di Sulawesi dan Rawagede, yang telah mengajukan tuntutan ke pengadilan Belanda. Rawagede, sebuah kota kecil di Jawa Barat, menjadi tempat tewasnya 430 anak laki-laki dan remaja putra pada tanggal 9 Desember 1947 oleh pasukan Belanda.

Beberapa anggota keluarga korban yang masih hidup menghadiri upacara tersebut. Sepuluh janda dari Sulawesi Selatan – yang kini berusia 80-an dan 90-an tahun – menggugat pemerintah Belanda, dan pengadilan di sana memutuskan bahwa pemerintah harus memberikan 20.000 euro ($26.600) kepada masing-masing penggugat.

Nicolaas Schermers, juru bicara kedutaan, mengatakan para janda lain yang memiliki kasus serupa kini dapat mengajukan permohonan kompensasi langsung ke pemerintah daripada melalui pengadilan.

De Zwaan sebelumnya meminta maaf kepada keluarga korban saat berkunjung ke Rawagede pada tahun 2011, setelah keputusan pengadilan sebelumnya memerintahkan Belanda untuk memberikan jumlah yang sama kepada 10 janda yang masih hidup tersebut sebagai kompensasi.

Dalam pidatonya di kedutaan Belanda di Jakarta, yang dimaksudkan sebagai permintaan maaf yang lebih umum atas segala kekejaman perang, duta besar mengatakan kekerasan tersebut memakan banyak korban tak berdosa di kedua belah pihak dan menimbulkan penderitaan yang masih dirasakan hingga saat ini.

“Pemerintah Belanda berharap permintaan maaf ini akan membantu menutup babak sulit bagi mereka yang hidupnya terkena dampak langsung dari pelanggaran kekerasan yang terjadi antara tahun 1945 dan 1949,” katanya.

Kantor kepresidenan Indonesia menolak berkomentar dan merujuk pertanyaan ke kementerian luar negeri. Mereka tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya dari pemerintahan kolonial Belanda pada tanggal 17 Agustus 1945, namun Belanda menolak mengakuinya dan gagal berjuang untuk mempertahankan kendali atas pos terdepan Asia yang menguntungkan tersebut. Akhirnya mengakui negara tersebut sebagai negara merdeka pada tahun 1949.

Pihak berwenang Indonesia mengklaim sekitar 40.000 orang tewas dalam operasi tersebut, sementara sebagian besar sejarawan Belanda memperkirakan korban tewas sekitar 1.500 orang.

Sebuah laporan Belanda tahun 1968 mengakui adanya “kekerasan yang berlebihan” di Indonesia, namun berpendapat bahwa pasukan Belanda melakukan “aksi polisi” yang sering kali dipicu oleh perang gerilya dan serangan teroris. Pemerintah Belanda tidak pernah menuntut satu pun tentara atas pembunuhan tersebut meskipun ada laporan PBB yang mengecam serangan tersebut sebagai serangan yang “disengaja dan kejam” sejak tahun 1948.

De Zwaan akan berangkat ke Sulawesi Selatan minggu depan untuk bertemu langsung dengan beberapa janda yang masih hidup yang terlalu lemah untuk menghadiri acara hari Kamis karena usia mereka.

Tak satu pun anggota keluarga yang menghadiri upacara tersebut setuju untuk berbicara kepada pers.

slot